Cinta yang dilandasi keinginan untuk menjadi hamba yang selalu dilihat berada bersama orang-orang yang bersegera melakukan kebaikan, yang menjadikan setiap detik kehidupannya sebagai aktifitas ibadah kepada Allah subhanahu wataala. Dalam setiap lembar kehidupan yang kita lalui dan dalam setiap peristiwa besar yang kita kagumi. Karena kita telah mengikrarkan dengan sepenuh keyakinan, bahwa shalat kita, ibadah kita, hidup dan mati kita, semuanya kita persembahkan untuk Allah subhahanahu wataala:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ # لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. an-An’am: 162).
Alangkah indahnya perasaan cinta kepada Dzat Maha Mencintai atau al-Wadud. Cinta kepada Allah adalah seagung-agungnya cinta. Dan orang yang belum merasakan mencintai Allah dengan sebenarnya, maka berarti ia belum merasakan manisnya keimanan. Rasulullah bersabda:
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ، أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
“Tiga hal yang apabila terdapat dalam diri seorang mukmin, maka ia telah merasakan manisnya keimanan. Yang pertama: mencintai Allah dan Rasulnya lebih dari cintanya kepada segala hal selain keduanya. Yang kedua: mencintai seseorang hanya karena Allah subhanahu watala. Dan yang ketiga: ia membenci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim).
Yang keempat; Untuk menguji manusia, apakah diantara mereka masih ada yang menimbun sisa-sisa ke-jahiliyyah-an dalam hatinya, sehingga mempercayai hal-hal yang mistis dan mengaitkannya dengan gerhana matahari. Jauh-jauh hari Rasulullah sudah mengingatkan kepada kita, bahwa gerhana matahari tidak terjadi karena kematian atau kelahiran orang yang agung. Gerhana adalah murni tanda kekuasaan Allah untuk menakut-nakuti hamba-Nya. Maka tidak sepantasnya, sebuah peristiwa yang Allah jadikan sebagai bukti keagungan-Nya, justru kita kaitkan dengan kekuatan-kekuatan mistik yang tidak jelas dasar logika dan penalarannya.
Dahulu beberapa orang shahabatpun pernah melakukan kesalahan tersebut. Ketika putra Nabi Muhammad yang bernama Ibrahim meninggal di usia 18 bulan, dan berbarengan dengan peristiwa gerhana matahari, sebagian kaum muslimin menyangka bahwa gerhana matahari terjadi karena meninggalnya putra Nabi tersebut. Rasulullahpun segera berkhutbah dan menjelaskan bahwa kepercayaan itu tidak benar. Rasulullah bersabda:
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا وَادْعُوا اللَّهَ
“Sesungguhnya gerhana matahari dan bulan tidak terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka shalat dan berdo’alah” (HR. Bukhari).
Dalam sebagian masyarakat kita juga pasti terdapat berbagai kepercayaan-kepercayaan mistis yang dihubung-hubungkan dengan gerhana matahari. Maka marilah kita kikis habis semua kepercayaan thakayyul dan khurafat yang tidak ada dasarnya dalam agama Islam. Mari kita bebaskan pemikiran kaum muslimin dari residu peradaban lampau yang sudah tidak sesuai dengan zaman kekinian. Sudah bukan zamannya lagi kita percaya kepada hal-hal mistis yang merusak pikiran dan melemahkan hati. Sumber kekuatan kita adalah Allah dan hanya Allahlah yang mampu menguatkan kita.
أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا
“Apakah mereka mencari kekuatan dari mereka? Sesungguhnya semua kekuatan hanyalah kepunyaan Allah semata.”(Q.S. an-Nisa: 139)
Jama’ah shalat kusuf yang dirahmati Allah…
Hal yang terakhir yang bisa kita ambil pelajaran dari peristiwa gerhana ini adalah: menjadikannya sebagai moment untuk bertaubat dan meminta ampun sebanyak-banyaknya kepada Allah.
Kita adalah makhluk yang selalu berbuat salah dan melakukan dosa. Sudah tidak terhitung dosa yang kita lakukan. Seandainya dosa itu berbau busuk, pastilah tidak ada satu orangpun yang mau mendekati kita, begitu ungkapan salah seorang ulama salaf. Maka solusi dari dosa yang kita lakukan adalah melakukan taubat dan meminta ampun kepada Allah.
Rasulullah telah menegaskan bahwa moment gerhana matahari adalah saat yang tepat untuk berdoa kepada Allah. Maka ia menyuruh kita untuk memperbanyak dzikir dan doa. Rasulullah bersabda:
إِنَّ هَذِهِ الآيَاتِ الَّتِى يُرْسِلُ اللَّهُ لاَ تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ، وَلَكِنَّ اللَّهَ يُرْسِلُهَا يُخَوِّفُ بِهَا عِبَادَهُ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا شَيْئًا فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ
”Sesungguhnya tanda-tanda kekuasaan Allah yang ditunjukkan-Nya ini bukanlah karena kematian atau kelahiran seseorang. Akan tetapi Allah menjadikan demikian untuk menakuti hamba-hamba-Nya. Jika kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk berdzikir, berdo’a dan memohon ampun kepada Allah.” (HR. Muslim).
Dan tidak mungkin Rasulullah menyuruh melakukan sesuatu tanpa alasan. Maka ini menunjukkan bahwa berdoa pada waktu gerhana akan di-ijabah oleh Allah subhanahu wataala jika dilakukan dengan melaksanakan syarat-syaratnya.
Maka, marilah kita menengadahkan tangan kepada Allah. Bersamaan dengan peristiwa alam yang jarang terjadi ini, mari kita merendahkan diri di depan Allah subhanahu wataala. Memohon seluas-luasnya ampunan untuk semua dosa kita. Berharap bahwa shalat gerhana yang kita lakukan ini diterima-Nya. Dan meminta agar kita selalu diberikan taufik dan hidayah agar selalu menjadi hamba-Nya yang taat, ikhlas, dan berguna untuk agama-Nya.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدَ الشَّاكِرِيْنَ، حَمْدَ النَّاعِمِيْنَ، حَمْدًا يُّوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ اْلحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَ لِكَ اْلكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِك.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَماَ صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إنَّكَ حَمِيْدٌ مَـجِيْد، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْـخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْن، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيّ، وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعَيْن، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنـِّكَ وَكَرِمِكَ يَا أَكْرَمَ الْأَكْرَمِيْن .
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا، وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
اَللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَه، وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَه، وَلاَ دَيْنًا إِلاَّ قَضَيْتَه، وَلاَ حَاجَةً مِنْ حَوَائِجِ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ إِلاَّ قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ، وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
اللَّهُمَّ يَا مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ، صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى دِيْنِك، اللَّهُمَّ يَا مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ، صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. والْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ،
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن.
Naskah khutbah shalat gerhana matahari IKADI DIY bisa diunduh dalam format pdf pada link berikut ini:
http://www.4shared.com/office/O2OuCV2Bba/Khutbah_Gerhana_matahari.html
Semoga bermanfaat...amin amin yra (Shared by Cakpen 8/3/16)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar